Kenapa Perempuan Suka Berhias? Ini Kata Psikolog
Lipstik merah, bedak tipis, alis yang dirapikan, atau outfit yang dipilih dengan hati-hati—semua ini sering dianggap hal “biasa” dalam keseharian perempuan. Tapi kalau kita tilik lebih dalam, pertanyaannya jadi menarik: kenapa sih perempuan suka berhias? Apakah cuma karena ingin terlihat cantik? Atau sebenarnya ada hal yang lebih dalam secara psikologis?
Ternyata jawabannya nggak sesederhana “biar dilihat cowok”. Ada banyak lapisan di balik cermin rias perempuan, dan psikologi bisa bantu kita mengupasnya.
1. Berhias = Ekspresi Diri
Psikolog sosial Dr. Vivian Diller, penulis Face It: What Women Really Feel As Their Looks Change, bilang bahwa berhias adalah bagian dari membentuk identitas. “Cara kita berdandan adalah bahasa visual kita untuk menunjukkan siapa kita,” ujarnya.
Mirip seperti saat orang memilih gaya berpakaian, tatanan rias juga bisa jadi bentuk pernyataan diri: “Aku percaya diri”, “Aku profesional”, “Aku edgy”, atau bahkan “Aku sedang ingin santai aja hari ini”.
2. Rasa Percaya Diri yang Naik Drastis
Pernah merasa lebih siap menghadapi hari setelah dandan? Kamu nggak sendirian. Menurut riset dari Harvard Medical School (2017), rutinitas berdandan di pagi hari bisa memicu rasa kontrol diri dan meningkatkan suasana hati. Efek psikologisnya serupa dengan ritual kecil seperti minum kopi atau merapikan tempat tidur: bikin otak merasa siap tempur.
“Riasan itu seperti baju zirah modern,” kata Nancy Etcoff, psikolog dari Harvard dan penulis Survival of the Prettiest. Ia menambahkan bahwa tampilan luar bisa memberi perasaan ‘siap bertarung’, bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri.
3. Sentuhan Biologis: Tarik Menarik Evolusioner
Nah, kalau mau mundur jauh ke belakang, psikologi evolusioner juga punya teori. Berhias dianggap sebagai bagian dari seleksi alam. Warna pipi yang merona, bibir yang lebih merah, atau mata yang lebih terang bisa jadi sinyal kesehatan dan kesuburan. Hal ini membuat penampilan menjadi bagian dari bahasa tubuh purba manusia untuk menarik pasangan.
Tapi ingat, ini bukan berarti semua perempuan berdandan untuk laki-laki. Justru di zaman sekarang, motivasi berhias lebih sering muncul dari dalam diri sendiri—untuk merasa lebih baik, bukan untuk menyenangkan orang lain.
4. Norma Sosial yang Tidak Terlihat
Sayangnya, perempuan juga hidup dalam tekanan standar kecantikan. Tanpa riasan, seseorang bisa dianggap “kurang rapi”, “nggak niat”, atau bahkan “nggak sopan”—tergantung konteksnya. Psikolog Renee Engeln, penulis Beauty Sick, menyebut ini sebagai bentuk tekanan budaya yang seringkali tak disadari.
“Perempuan diberi pesan bahwa mereka harus ‘terlihat baik’ untuk dianggap layak didengarkan,” kata Engeln dalam wawancara dengan Psychology Today. Ini jadi dilema: berhias bisa menyenangkan, tapi juga bisa membebani.
5. Karena... Memang Seru Aja!
Yang sering dilupakan: berhias itu menyenangkan. Memilih warna eyeshadow, menata rambut, atau mix & match outfit bisa jadi bentuk self-care. Banyak perempuan merasa berada dalam kondisi ‘mengalir’ alias flow saat berdandan—istilah yang dicetuskan oleh psikolog Mihaly Csikszentmihalyi untuk menyebut kondisi fokus total yang bikin hati bahagia.
Bagi sebagian orang, berdandan bukan soal tampil cantik, tapi proses kreatif yang menyenangkan.
Jadi, Kenapa Berhias?
Karena banyak alasan. Bisa karena ekspresi diri, karena ingin merasa siap, karena tekanan budaya, atau karena memang suka. Tidak ada satu jawaban tunggal yang berlaku untuk semua perempuan. Yang penting adalah: berhias seharusnya pilihan, bukan kewajiban.
Kalau kamu merasa lebih percaya diri setelah pakai lipstik, great. Kalau kamu merasa nyaman tanpa makeup, juga nggak apa-apa.
Seperti kata Coco Chanel:
“Beauty begins the moment you decide to be yourself.”
Komentar
Posting Komentar