Perjalanan Filmografi Prilly Latuconsina: Dari Debut hingga Menjadi Produser
Prilly Mahatel Latuconsina, aktris kelahiran 15 Oktober 1996, telah menunjukkan perjalanan karier yang luar biasa di industri perfilman Indonesia. Dari seorang remaja yang memulai debut film pada tahun 2013 hingga menjadi produser sukses di tahun 2022, Prilly telah membuktikan dirinya sebagai salah satu talenta terbaik generasi milenial Indonesia.
Awal Mula: Debut yang Menjanjikan (2013)
Honeymoon (2013)
Perjalanan Prilly di dunia film dimulai dengan Honeymoon yang rilis pada 5 Juni 2013. Film yang disutradarai oleh Findo Purwono HW dan diproduseri oleh Chand Parwez Servia ini menjadi batu loncatan bagi Prilly di industri perfilman. Dalam film ini, ia berperan sebagai Kania kecil dan bermain bersama aktor-aktris kenamaan seperti Nino Fernandez, Shireen Sungkar, dan Ardina Rasti.
Film bergenre drama ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang memiliki trauma masa lalu, sebuah tema yang kemudian akan sering muncul dalam film-film Prilly selanjutnya. Meskipun masih muda, Prilly berhasil menunjukkan bakat aktingnya yang natural.
La Tahzan (2013)
Masih di tahun yang sama, Prilly kembali tampil dalam La Tahzan dengan peran sebagai Neneng, adik dari karakter Hasan yang diperankan oleh Ario Bayu. Meskipun bukan pemeran utama, kehadiran Prilly sangat melengkapi alur cerita yang mengisahkan tentang cinta segitiga antara Yamada, Viona, dan Hasan.
Film ini menunjukkan kemampuan Prilly dalam peran pendukung yang kuat, membuktikan bahwa ia bukan hanya cantik tetapi juga memiliki kemampuan akting yang dapat diandalkan.
Fase Eksplorasi: Mencari Identitas Akting (2016)
Surat Untukmu (2016)
Setelah hiatus selama beberapa tahun, Prilly kembali dengan Surat Untukmu pada 2016. Kali ini ia berperan sebagai Gendis, seorang remaja berusia 16 tahun yang sejak kecil tinggal bersama ayahnya di Dieng Wonosobo. Film ini menunjukkan sisi dramatic acting Prilly yang lebih matang, terutama dalam memerankan karakter yang bertekad mencari sang ibu di Jakarta.
Beradu akting dengan Arbani Yasiz, Gritte Agatha, Sheila Dara Aisha, dan Tio Pakusadewo, Prilly menunjukkan kemampuannya dalam membawakan karakter yang kompleks dengan konflik internal yang mendalam.
Hangout (2016)
Di tahun yang sama, Prilly menunjukkan fleksibilitasnya dengan berpartisipasi dalam Hangout, film komedi yang disutradarai oleh Raditya Dika. Uniknya, dalam film ini Prilly berperan sebagai dirinya sendiri, menunjukkan kemampuan akting naturalnya dalam genre komedi.
Film ini menceritakan tentang sembilan public figure yang diundang hangout di sebuah villa terpencil oleh sosok misterius bernama Toni Sacalu. Pengalaman ini memperkaya portfolio Prilly dalam berbagai genre film.
Era Keemasan: Menjadi Ratu Horror Indonesia (2017-2019)
Danur: I Can See Ghost (2017)
Tahun 2017 menjadi titik balik karier Prilly dengan Danur: I Can See Ghost. Film horror yang menjadikan Prilly sebagai pemeran utama dengan karakter Risa Saraswati ini merupakan breakthrough terbesar dalam kariernya. Risa adalah seorang anak indigo yang dapat melihat hantu dan berteman dengan tiga anak kecil yang ternyata adalah arwah.
Film ini tidak hanya sukses secara komersial tetapi juga menunjukkan kemampuan Prilly dalam genre horror yang menuntut ekspresi emosi yang kompleks antara ketakutan, kesedihan, dan keberanian.
Insya Allah Sah (2017)
Masih di tahun 2017, Prilly tampil dalam Insya Allah Sah sebagai kameo. Film drama komedi besutan sutradara Benni Setiawan ini menampilkan Prilly dalam peran kecil namun memorable, menunjukkan kemampuannya beradaptasi dengan berbagai jenis peran.
Danur 2: Maddah (2018)
Kesuksesan film pertama Danur membawa Prilly kembali dalam Danur 2: Maddah pada 2018. Film ini membuktikan bahwa Prilly telah menemukan niche-nya dalam genre horror, dan karakternya sebagai Risa Saraswati telah menjadi ikon tersendiri bagi penonton Indonesia.
Matt & Mou (2019)
Tahun 2019 menjadi tahun yang produktif bagi Prilly dengan Matt & Mou, dimana ia berperan sebagai Mouretta atau Mou. Film ini mengeksplorasi tema persahabatan yang kompleks, dimana Prilly beradu akting dengan Maxime Bouttier dalam kisah persahabatan sejak kecil yang diwarnai dengan sikap protektif berlebihan.
Danur 3: Sunyaruri (2019)
Trilogy Danur ditutup dengan Danur 3: Sunyaruri di tahun yang sama. Film ketiga ini semakin memperkuat posisi Prilly sebagai aktris horror terdepan Indonesia. Karakter Risa yang dimainkannya telah menjadi salah satu karakter horror paling ikonik dalam sinema Indonesia modern.
Transformasi Menjadi Produser (2021-2022)
Kukira Kau Rumah (2021)
Tahun 2021 menandai evolusi karier Prilly dengan Kukira Kau Rumah, sebuah film drama psikologis yang disutradarai oleh Umay Shahab. Yang membuat film ini istimewa adalah Prilly tidak hanya berperan sebagai pemeran utama (Niskala) tetapi juga sebagai produser.
Film yang diadaptasi dari lagu Amigdala ini mengisahkan tentang seorang remaja dengan gangguan bipolar yang pernah jatuh dari atap rumah. Prilly menunjukkan kemampuan aktingnya yang paling matang dalam memerankan karakter yang kompleks secara psikologis, sekaligus membuktikan visinya sebagai produser dalam menghadirkan cerita yang bermakna.
12 Cerita Glen Anggara (2022)
Film 12 Cerita Glen Anggara yang disutradarai oleh Fajar Bustomi menampilkan Prilly dalam peran Shena, seorang gadis dengan 12 daftar keinginan unik yang harus terwujud sebelum matahari terbenam. Film drama remaja yang diadaptasi dari novel karya Luluk HF ini menunjukkan kemampuan Prilly dalam genre drama romantis yang lebih ringan.
Rossa: 25 Shining Years Concert (2022)
Puncak transformasi Prilly terjadi dengan Rossa: 25 Shining Years Concert pada 2022, dimana ia berperan sebagai produser film dokumenter. Proyek ini menandai kemampuan Prilly dalam industri hiburan yang lebih luas, tidak hanya sebagai aktris tetapi juga sebagai produser yang mampu mewujudkan konser impian sang Diva Indonesia.
Era Baru: Kembali ke Layar Lebar (2024)
Bolehkah Sekali Saja Kumenangis (2024)
Film terbaru Prilly, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, yang tayang pada 17 Oktober 2024, menandai kembalinya aktris ini ke layar lebar setelah hiatus beberapa tahun. Film ini mengisahkan Tari, seorang gadis yang hidup sendiri dan memiliki trauma masa kecil akibat kekerasan verbal dari ayahnya.
Film ini menunjukkan kedewasaan Prilly dalam memilih proyek yang tidak hanya menghibur tetapi juga membawa pesan sosial yang penting tentang trauma dan healing.
Refleksi Perjalanan Filmografi
Perjalanan 11 tahun Prilly Latuconsina dalam dunia film menunjukkan evolusi yang luar biasa. Dari seorang remaja yang memulai debut di film drama hingga menjadi produser sukses, Prilly telah membuktikan bahwa ia bukan hanya aktris berbakat tetapi juga seorang profesional yang memiliki visi jangka panjang dalam industri entertainment.
Filmografi Prilly menunjukkan keberagaman genre yang ia kuasai, mulai dari drama, horror, komedi, hingga film psikologis. Namun yang paling mengesankan adalah kemampuannya dalam memerankan karakter-karakter yang kompleks dan berkesan, terutama dalam trilogy Danur yang menjadikannya ikon horror Indonesia.
Transformasinya menjadi produser dengan "Kukira Kau Rumah" dan "Rossa: 25 Shining Years Concert" menunjukkan ambisi dan kemampuan bisnis yang matang. Prilly tidak hanya ingin menjadi aktris yang dikenang, tetapi juga content creator yang mampu menghadirkan karya-karya berkualitas.
Dengan film terbarunya "Bolehkah Sekali Saja Kumenangis", Prilly kembali menunjukkan komitmennya pada cerita-cerita yang bermakna dan relevan dengan kondisi sosial masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun telah meraih kesuksesan, Prilly tetap memilih proyek berdasarkan nilai artistik dan pesan yang ingin disampaikan.
Perjalanan filmografi Prilly Latuconsina adalah bukti bahwa dengan dedikasi, kerja keras, dan visi yang jelas, seorang aktris muda dapat berkembang menjadi salah satu kekuatan terdepan dalam industri film Indonesia. Dari 13 film yang telah ia bintangi dan produseri, Prilly telah menciptakan jejak yang tidak akan mudah dilupakan dalam sejarah perfilman Indonesia.

Komentar
Posting Komentar